Namun, identitas wilayah Nusantara ternyata juga termaktub dalam kitab suci umat Islam, yakni kitab suci Quran. Identitas wilayah Nusantara ternyata bukan hanya terdokumentasi dalam kitab suci Hindu, yakni kitab suci Ramayana. (“Selanjutnya kalian akan memasuki wilayah pulau Jawa yang termasyhur, dan terdiri atas 7 kerajaan”). Dalam Veda Ramayana, bagian Kiskinda-khanda 40:30 disebutkan: Dengan demikian, identitas wilayah Jawa memang telah tercatat dalam kitab suci Veda Ramayana, sehingga tidak mengherankan bila teks Veda akhirnya juga migrasi ke wilayah Nusantara, khususnya wilayah Jawa. Mukunda Madhava Sharma menyatakan bahwa sekalipun apa yang ada di dalam kitab Ramayana tentang nama Yavadvipa diakui sebagai sebuah interpolasi, tetapi ini meniscayakan adanya fakta-fakta lain yang membuktikan di luar dugaan tentang adanya hubungan perdagangan di antara India dan Indonesia yang telah eksis sejak abad ke-1 M 1. Bukankah wilayah India disebut Voor Indie, sedangkan Nusantara disebut Achter Indie? Hal ini juga membuktikan sebuah fakta tentang adanya kontak budaya yang sangat luar biasa di masa kuno antara India dan Nusantara. Kedua, istilah Yava-dwipam merupakan bentuk Indianisasi dari istilah Jawa-dwipa yang kemudian diadopsi dalam teks kitab suci Ramayana, karya Walmiki. Pertama, istilah Yava-dvipam merupakan istilah asli bhs Sanskrit yang kemudian mengalami proses Jawanisasi menjadi “Jawa-dwipa” yang artinya “pulau Jawa.” Hal ini tentu maknanya merujuk pada konteks wilayah Jawa. Jadi ada 2 alternatif dalam membahas persoalan tersebut. Hal ini dapat ditelusuri melalui istilah “Jawa” itu sendiri, yang dalam bahasa Jawa merupakan istilah geografis yang merujuk pada makna sebuah pulau, yang sejajar dengan istilah geografis khas Vedic Sanskrit, yakni istilah “ Yava-dvipam.” Di antara para ahli memang ada perdebatan mengenai istilah Yava-dvipam yang termaktub dalam teks kitab suci Ramayana tersebut.
Bahkan, adanya kontak budaya dan kontak bahasa antara bangsa Arya dan bangsa Nusantara justru sejak dini terdokumentasi dalam kitab suci Hindu, yakni kitab suci Ramayana. Hal ini membuktikan adanya kontak budaya dan kontak bahasa yang telah terjalin sejak lama antara tradisi besar peradaban Arya dengan peradaban Nusantara.
Jadi sebenarnya banyak kosakata Sanskrit yang diadopsi dalam bahasa Jawa. Begitu pula munculnya kosakata “Santri” (orang yang belajar kitab-kitab Islam di pesantren) dalam bahasa Jawa merupakan bentuk Islamisasi dari terminologi keagamaan Hindu (Islamized Brahmanic term) yang asalnya diadopsi dari kosakata bahasa Tamil, yakni “Santri” (orang yang belajar kitab Veda dan Vedanta) dan istilah ini ternyata juga berasal dari kata “Sastri” (orang yang belajar kitab Veda dan Vedanta) dalam bahasa Sanskrit, sedangkan kitab Veda dan Vedanta itu sendiri disebut “Sastra” dalam bahasa Sanskrit. Bila teks keagamaan Hindu bertradisi Arya migrasi ke wilayah Nusantara, maka muncullah kosakata “ Geni” (api) dalam bahasa Jawa, yang berasal dari kata “ Agni” (api) dalam bahasa Sanskrit.